Voyage: A Trip To Pangandaran - Le Journal Ceriwis

Day 1

Ada yang berkesan di reuni kali ini. Ikut serta membawa pacar, suami dan anak dalam kebersamaan. Hey kalian yang jomblo, tahap perkenalan atau proses panjang pendekatan kapan dipernalkan? Grup WA sudah ramai merencanakan liburan, ah biasanya juga cuma wacana. Diskusi sana-sini akhirnya gak jadi.  Ramai membahas motor GP di Malaysia, ada yang ingin pakai kereta ke Jogja dan ada pula yang ingin santai di pantai. Belum lagi kekonyolan di tengah diskusi yang memecahkan kosentrasi, seperti tiada henti.


Satu minggu sebelum berangkat, kami masih bingung dengan penginapan. Dua hari setelah semua deal, masih bingung dengan cuti kerja. Lagi lagi dua jam sebelum berangkat kami dibuat ragu karena cuaca yang ekstrim.

“Hey, tingali ka luar angina gede pisan sieun.”

“Kumpul dulu kita diskusi dulu ya”

“Saya sudah nyampai Banjar.”

“Sudah sesuai rundown saja kita kumpul”



Pertama kalinya bisa berkumpul kembali di meja makan Sinar Bahari, bertukar cerita perjalanan hingga oleh-oleh yang dibawa. Tidak ada yang berbeda,  kami rasa masih seperti 6 tahun lalu, usil, penuh nyinyir dan gokil.

Pangandaran-Batu Karas memecah jarak dan rutinitas kami, setelah  hampir berbulan-buan tidak dapat berkumpul bersama. Madiun, Karawang, Bandung dan Sumedang semua berkumpul.

Akhirnya,  pantai. Wangi aroma laut. Debur ombak yang menderu. Nuansa yang sedari beberapa mingu lalu kami bicarakan via Whatsapp.

Masih sedikit cemas, tapi kegembiraan kami lebih melimpah. Lepas santap hidangan laut yang nikmat, obrolan santai yang hangat, kami memutuskan menuju hotel untuk beristirahat.









Berlanjut sore, kami berkumpul di lobby hotel Palma Horison Pangandaran, lengkap dengan dress codenya. Berfoto ala keluarga cemara. Ini sungguh mengharu biru,  tak pernah mengira sejauh ini kita akan berkumpul. Luapan bahagia, terharu menderu waktu, kecewa mengapa tak bisa lama, kesal karena banyak alasan padahal moment langka,  menyesal jika tidak ada di diantara mereka. Senyum kami, kerinduan yang terobati.













Puas mengabadikan momen bersama yang langka di hotel kami beranjak untuk makan malam bersama. Menikmati pertemuan di meja makan yang terasa begitu mewah karena kebersamaan.

Tiba di rumah makan sate Galunggung kami memesan beberapa menu makanan yang ternyata disajikan cukup lama. Sembari menunggu kami melakukan permainan yang menambah hangat suasana. Diselingi beberapa candaan khas, kami tertawa lepas malam itu.
.
"Kamar samping sedang ada renovasi,  kuriak. Suaranya gaduh, tarik pisan."

"Mencari jasa pijat, ladu kabeh. Eceu-eceu haus anak muda. Cangcaya! Kasurna loba tumila."

"Yakin mereka pesan kamar ini?  Ada pintu penghubung. Jangan aneh-aneh,  tidur we."

Sajiannya lama sekali terhidang. Meskipun lama tapi cukup terbayar dengan rasa sate, kuah gulai dan sambal kecapnya.



Berlanjut, awalnya di rooftop hotel.  Kita bermain 'gagarudaan' hanya saja yang tidak bisa menjawab harus memilih been boozled yang sudah di sediakan.

Zonk! Si tatan dapat permen rasa popok bayi. Ekspresinya, mual dan muntah. Kedua, si Dicky dengan santai melahap permen cokelat,  rasa pakan anjing. Muntah-muntah dan walk out. Hahaha...

Merasa tidak enak dengan pengunjuang lainnya yang sedang makan, kami memilih pergi ke kamar Dwi & Dicky . Berlanjut dengan rasa barf muntah, rasa susu basi,  rasa bangkai ikan, rasa telur busuk hingga permainan usai. Berulang kali video ini di putar,  kita masih seperti dulu. Jail yang sedikit berkelas. Hahaha...






Day 2




Kami mencintai perjalanan, kami masih menggulung rindu dengan waktu namun rasanya waktu tidak bisa diperlambat lajunya. Hari ini kami menghabiskan sisa waktu dan bersiap berkemas pulang.

Sebagian dari kami menikmati sunrise (telat)  di batu karas. Sebagian lagi menikmati kebersamaan bersama keluarga dan pasangan.









Perjalanan pulang, kami terjebak macet. Untuk si Tatan film NAGIN mampu mengusir suntuk. Bagi Embi SMA 1 Pangandaran adalah persinggahan yang pas untuk "indah". Bagi yang sudah berpasangan, tidur adalah cara sendiri untuk menambah stamina. Setelah berburu tiket kereta,  kami memutuskan untuk makan di rumah makan otentik di Tasik. Ya,  Rumah Makan Ngebul... menu khasnya olahan daging muda. Yummi.









Dipenghujung perjalanan kami mengantar teman ke pintu stasiun kereta api,  haru. Cepat sekali waktu berlalu......


Sampai jumpa di perjalanan berikutnya kawan.....
_Story & Photo by Atta & Akka








No comments:

Post a Comment