Voyage: Berkunjung Ke Jogjakarta Day 2

Hari ke-2 di Yogyakarta, kami mendapatkan apapun yang ingin ditangkap oleh lensa kami. Bagian dari bangunan yang klasik, interior yang merahasiakan bagian kehidupan mereka kemarin atau awan yang berarak menyerupai bentuk-bentuk menarik untuk kami abadikan.

Inilah rekaman perjalanan kami di dalam Museum Gunung Merapi (MGM). Mengenali alas pijakan yang berdenyut, bisa saja dia menggeliat semaunya, memuntahkan magma sesukanya. Diatasnya mereka berhamburan. Kejar-kejaran wedus gembel berlarian dari puncak gunung Merapi ke halaman warga.

Dari MGM perjalaan berlanjut menuju ke Museum Sisa Sisa Hartaku. Perjalanan mananjak ke atas bukit, dan menempuh jalan yang cukup berkelok.Tempat tersebut tak terpisahkan dari tragedi turunnya wedus gembel di puncak merapi. Perut bumi terkoyak, mengisahkan perjalanan manusia di atas tanah subur. Ladang, ternak dan nyawa lenyap, yang tersisa hanya nasihat. “Dengan Anda melihat bekas sisa erupsi merapi maka renungi/resapi arti hidup ini.”

Memutar jauh ke selatan adalah agenda lain kami di hari itu. Di tengah perjalanan hujan turun deras dan harus membuat kami berteduh sejenak di sebuah gubuk di samping pemakaman umum di gunung merapi. Segera setelah reda kami segera kembali memacu motor sewaan kami. Perjalanan jauh dari utara ke selatan cukup menguras tenaga kami, dan sajian mangut lele Mbah Marto kami pilih untuk menuntaskannya. Dua piring besar dari masing-masing kami tandas dengan segera. Beruntung kami datang tepat waktu, sebab kami adalah pelanggan terakhir di sore itu. Di masak di atas tungku secara tradisional mungkin itu rahasianya.

Perjalanan kami sebenarnya berlanjut ke beberapa tempat lainnya. Di hari itu kami mengunjungi workhsop kawan Jogja yang kami kenal tahun lalu. Menjelang malam sembari pulang kami juga menyempatkan mencoba sajian sate klathak yang tengah populer. Menikmati sate klathak di tengah pasar di malam hari. Ya mungkin kami sedang “napak tilas AADC”. Sayang baterei kamera yang habis membuat momen tersebut lewat kami abadikan.

—

Story & photo bya Atta & Akka